DEFINISI
(DB)
adalah penyakit
demam akut yang disebabkan oleh virus dengue,
yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes,
misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Terdapat empat
jenis virus dengue berbeda, namun berelasi dekat, yang dapat menyebabkan demam
berdarah. Virus dengue merupakan virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dan subtropis
di berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan yang lembap. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta kasus
infeksi virus dengue di seluruh dunia.
Penyakit
ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri
otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic
Fever ( DHF ).
Penyebab
Virus dengue penyebab penyakit demam
berdarah
Nyamuk Aedes aegypti adalah
vektor pembawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah.
Penyebab utama penyakit demam
berdarah adalah virus dengue, yang merupakan virus dari famili Flaviviridae.
Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat menyebabkan penyakit demam
berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Gejala
demam berdarah baru muncul saat seseorang yang pernah terinfeksi oleh salah
satu dari empat jenis virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus dengue
yang berbeda. Sistem imun yang sudah terbentuk di dalam tubuh setelah infeksi
pertama justru akan mengakibatkan kemunculan gejala penyakit yang lebih parah
saat terinfeksi untuk ke dua kalinya. Seseorang dapat terinfeksi oleh
sedikitnya dua jenis virus dengue selama masa hidup, namun jenis virus yang
sama hanya dapat menginfeksi satu kali akibat adanya sistem imun tubuh yang
terbentuk.
Virus dengue dapat masuk ke tubuh
manusia melalui gigitan vektor pembawanya, yaitu nyamuk dari genus Aedes
seperti Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus. Aedes
aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit
ini.[2] Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah
orang yang telah terinfeksi virus tersebut.[2]
Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang
terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang
digigitnya.[2]
Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke
keturunannya melalui telur (transovarial).[2]
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa monyet juga dapat terjangkit oleh virus
dengue, serta dapat pula berperan sebagai sumber infeksi bagi monyet lainnya
bila digigit oleh vektor nyamuk.[2]
Tingkat risiko terjangkit penyakit
demam berdarah meningkat pada seseorang yang memiliki antibodi terhadap virus
dengue akibat infeksi pertama.[5] Selain itu, risiko demam berdarah
juga lebih tinggi pada wanita, seseorang yang berusia kurang dari 12 tahun,
atau seseorang yang berasal dari ras Kaukasia.[5]
Manifestasi
Klinik
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan
bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak
berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada
anak besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang
berupa demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapai 40°C
atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia,
muntah-muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri perut kanan atas atau
seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama perdarahan kulit, walaupun hanya
berupa uji tourniguet positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud
memar atau juga berupa perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada
hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas,
tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi, sementara perdarahan
gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya terjadi pada kasus
syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali ditemukan eritema
pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Nyeri tekan sering kali
ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah.
Patokan World Health Organization (WHO, 1975) untuk
menegaskan diagnosa Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah sebagai berikut :
a.
Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
b.
Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan bentuk
lain perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi) dan hematemesis melena.
c.
Pembesaran hati.
d.
Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi
yang menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun (tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan lembab,
terutama pada ujung hidung, jari dan kaki penderita gelisah serta timbul
sianosis disekitar mulut.
( Nursalam, 2005).
6. Klasifikasi
Dengue Haemorragic Fever
(DHF)
Dengue Haemorragic Fever (DHF) diklasifikasikan menjadi 4
kategori penderita menurut derajat beratnya sebagai berikut :
Derajat I : Adanya
demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan hanya berupa touniket
tes yang positif.
Derajat II : Gejala
demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya berupa perdarahan dibawah
kulit dan atau berupa perdarahan lainnya.
Derajat III : Adanya
kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah penyempitan tekanan nadi
(< 20 mmHg) atau hipotensi dengan disertai akral yang dingin dan gelisah.
Derajat IV : Adanya
syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak terukur.
( Soegeng Soegijanto, 2005)
Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh
penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik
merah pada kulit), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa
(splenomegali). Peningkatan dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan (Syok).
Hemokontrasi (peningkatan hematokrit 32%) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage) sehingga
nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh
karena itu ada penderita Demam Berdarah Dengue (DHF) sangat dianjurkan untuk
memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen
hemokonsentrasi yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah
trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya
edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup,
penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi
yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik. (Christantie Effendy,1995).
Demam
berdarah (klasik)
Demam berdarah menunjukkan gejala
yang umumnya berbeda-beda tergantung usia pasien.[7]
Gejala yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak adalah demam dan munculnya
ruam.[7]
Sedangkan pada pasien usia remaja dan dewasa, gejala yang tampak adalah demam
tinggi, sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri pada sendi dan
tulang, mual dan muntah, serta munculnya ruam pada kulit.[7]
Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan penurunan keping darah atau
trombosit (trombositopenia) juga seringkali dapat diobservasi pada pasien demam
berdarah.[7]
Pada beberapa epidemi, pasien juga menunjukkan pendarahan yang meliputi
mimisan, gusi berdarah, pendarahan saluran cerna, kencing berdarah
(haematuria), dan pendarahan berat saat menstruasi (menorrhagia).[7]
Demam
berdarah dengue (hemoragik)
Pasien yang menderita demam berdarah
dengue (DBD) biasanya menunjukkan gejala seperti penderita demam berdarah
klasik ditambah dengan empat gejala utama, yaitu demam tinggi, fenomena
hemoragik atau pendarahan hebat, yang seringkali diikuti oleh pembesaran hati
dan kegagalan sistem sirkulasi darah.[7] Adanya kerusakan pembuluh darah,
pembuluh limfa, pendarahan di bawah kulit yang membuat munculnya memar
kebiruan, trombositopenia dan peningkatan jumlah sel darah merah juga sering
ditemukan pada pasien DBD.[7][8]
Salah satu karakteristik untuk membedakan tingkat keparahan DBD sekaligus
membedakannya dari demam berdarah klasik adalah adanya kebocoran plasma darah.[7]
Fase kritis DBD adalah seteah 2-7 hari demam tinggi, pasien mengalami penurunan
suhu tubuh yang drastis.[7]
Pasien akan terus berkeringat, sulit tidur, dan mengalami penurunan tekanan
darah.[7]
Bila terapi dengan elektrolit dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien dapat
sembuh dengan cepat setelah mengalami masa kritis. Namun bila tidak, DBD dapat
mengakibatkan kematian.[7][8]
Sindrom
Syok Dengue
Sindrom syok adalah tingkat infeksi
virus dengue yang terparah, di mana pasien akan mengalami sebagian besar atau
seluruh gejala yang terjadi pada penderita demam berdarah klasik dan demam
berdarah dengue disertai dengan kebocoran cairan di luar pembuluh darah,
pendarahan parah, dan syok (mengakibatkan tekanan darah sangat rendah),
biasanya setelah 2-7 hari demam. Tubuh yang dingin, sulit tidur, dan sakit di bagian
perut adalah tanda-tanda awal yang umum sebelum terjadinya syok. Sindrom syok
terjadi biasanya pada anak-anak (kadangkala terjadi pada orang dewasa) yang
mengalami infeksi dengue untuk kedua kalinya. Hal ini umumnya sangat fatal dan
dapat berakibat pada kematian, terutama pada anak-anak, bila tidak ditangani
dengan tepat dan cepat. Durasi syok itu sendiri sangat cepat. Pasien dapat
meninggal pada kurun waktu 12-24 jam setelah syok terjadi atau dapat sembuh
dengan cepat bila usaha terapi untuk mengembalikan cairan tubuh dilakukan
dengan tepat. Dalam waktu 2-3 hari, pasien yang telah berhasil melewati masa
syok akan sembuh, ditandai dengan tingkat pengeluaran urin yang sesuai dan
kembalinya nafsu makan.
Pencegahan
Pengasapan atau fogging
bermanfaat membunuh nyamuk Aedes dewasa untuk mencegah penyebaran demam
berdarah.
Hingga kini, belum ada vaksin atau
obat antivirus bagi penyakit ini. Tindakan paling efektif untuk menekan epidemi
demam berdarah adalah dengan mengontrol keberadaan dan sedapat mungkin
menghindari vektor nyamuk pembawa virus dengue. Pengendalian nyamuk tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu:
- Lingkungan
Pencegahan demam berdarah dapat
dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain dengan menguras bak
mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu, mengganti/menguras
vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat
penampungan air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di
sekitar rumah, dan perbaikan desain rumah.
- Biologis
Secara biologis, vektor nyamuk
pembawa virus dengue dapat dikontrol dengan menggunakan ikan pemakan jentik dan
bakteri.
- Kimiawi
Pengasapan (fogging) dapat
membunuh nyamuk dewasa, sedangkan pemberian bubuk abate pada tempat-tempat
penampungan air dapat membunuh jentik-jentik nyamuk. Selain itu dapat juga
digunakan larvasida.
Selain itu oleh karena nyamuk Aedes
aktif di siang hari beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah
menggunakan senyawa anti nyamuk yang mengandung DEET, pikaridin, atau minyak
lemon eucalyptus, serta gunakan pakaian tertutup untuk dapat melindungi tubuh
dari gigitan nyamuk bila sedang beraktivitas di luar rumah. Selain itu,
segeralah berobat bila muncul gejala-gejala penyakit demam berdarah sebelum
berkembang menjadi semakin parah.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
E.C
DENGAN DHF GRADE II
DI RUANG MENULAR ANAK RSUD DR.
SOETOMO SURABAYA
A.
PENGKAJIAN
1.
Identitas
Nama
: An. E.C
Umur
: 9 thn
Alamat
: Tambak Asri 23/27 Surabaya
Agama
: Kristen
Nama
Ibu
: Ny. T
Pendidikan
:
Nama
Ayah
: Tn S
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Karyawan swasta
Diagnosa Medik
: DBD Grade
II
Pengkajian
tanggal : 13 Desember 2001
2.
Keluhan Utama :
Sakit kepala, panas dan tidak nafsu
makan.
3.
Riwayat penyakit sekarang :
Senin pagi panas, dibawa ke
puskesmas dapat paracetamol. Panas turun. Rabu malam anak tiba-tiba
muntah-muntah air, makan tidak mau, minum masih mau. Kamis jam 03 pagi keluar
darah dari hiding pada waktu bersin, keluhan pusing, mencret air, dibawa ke
IRD.
4.
Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya klien tidak penah dirawat
karena penyakit apapun.
5.
Riwayat penyakit keluarga
Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada
keluarga yang dalam waktu dekat ini menderita sakit DBD.
6.
Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut ibu kondisi lingkungan rumah
cukup bersih, walaupun tinggal dekat kali kecil, sekitar rumah terdapat
beberapa ban bekas untuk menanam tanaman yang belum dipakai, bak mandi dikuras
setiap seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu yang lalu ada tetangga gang yang
menderita DHF, tetapi sekarang sudah sembuh, dan lingkungan wilayah belum
pernah disemprot.
7.
Riwayat kehamilan
Anak lahir pada usia kehamilan 7
bulan, dengan berat badan lahir 4 kg, ibu tidak tahu mengapa kehamilannya hanya
7 bulan. Lahir spontan dan selama 1 tahun anak mendapat imunisasi lengkap dan
minum PASI Lactona s/d 2 tahun.
8.
Pengkajian Persistem
a.
Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan menurun, anak hanya mau
makan 3 sendok makan, minum tidak suka, harus dipaksakan baru mau minum. Mual
tidak ada, muntah tidak terjadi. Terdapat nyeri tekan daerah hepar dan asites
positif, bising usus 8x/mnt.
b.
Sistem muskuloskeletal :
Tidak terdapat kontraktur sendi,
tidak ada deformitas, keempat ekstremitas simetris, kekuatan otot baik.
c.
Sistem Genitourinary
BAK lancar, spontan, warna kuning
agak pekat ditampung oleh ibu untuk diukur, BAB dari malam belum ada.
d.
Sistem Respirasi.
Pergerakan napas simetris, tidak
terdapt pernapasan cuping hidung, pd saat pengkajian tanda-tanda epistaksis
sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit. Bunyi nafas tambahan tidak
terdengar.
e.
Sistem Cardiovaskuler
TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral
dingin, tidak terdapat tanda-tanda cyanosis, cap. Refill < 3 detik, tidak
terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda petikhie spontan tidak terlihat, hanya
tanda pethike bekas rumple leed.
f.
Sistem Neurosensori
Tidak ada kelainan
g.
Sistem Endokrin
Tidak ada kelainan
h.
Sistem Integumen.
S : 376 turgor baik,
tidak ada luka, pethikae bekas rumple leed, tidak terdapat perdarahan spontan
pada kulit.
9.
Pemeriksaan Penunjang
Hb : 11.8
Leko : 5,5
Trombo : 133
PCV : 0,30
10.
Terapi
Infus D ½ saline 1600 cc/24 jam
Minum manis
Vit B compleks / C 3 x 1
Diet TKTP 1600 Kkal + 50 gr Protein.
Nasi 3 x sehari
Susu : 3 x 200 cc
B.
ANALISA DATA
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1
|
S
: Klien mengatakan badanya terasa panas, pusing
O : Akral dingin
Panas hari ke 2 panjang.
TTV : S : 376, Nadi
98x/mnt, TD : 100/60, RR 25x/mnt.
S
: Klien mengatakan tidak suka minum dan perut terasa kenyang minum terus.
O : Turgor kulit baik
Mukosa bibir kering
Urine banyak warna kuning pekat
Panas hari ke 2 panjang
Trombosit ; 133.000
TD : 100/60, N ; 98x/mnt.
S : Klien menyatakan tidak mau
makan, tetapi tidak mual.
O : KU lemah
Makan pagi hanya mau 3 sendok
|
Proses
infeksi virus dengue
Ô
Viremia
Ô
Thermoregulasi
Peningkatan
suhu tubuh
Ektravasasi
cairan
Intake
kurang
Ô
Volume
plasma berkurang
Ô
Penurunan
volume cairan tubuh
Nafsu
makan menurun
Ô
Intake
nutrisi tidak adekuat
Ô
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
|
Peningkatan suhu tubuh
Cairan tubuh
Nutrisi
|
Penatalaksanaan Medik
Berdasarkan kenyataan dimasyarakat penatalaksanaan kasus
Dengue Haemorragic Fever (DBD) dibagi sebagai berikut :
a.
Kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) yang diperkenakan berobat jalan
Bila penderita mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan
minum masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan
memberi obat panas paracetamol 10-15 mg/kg BB setiap 3-4 jam diulang jika
gejala panas masih nyata diatas 38,5°C. Obat panas salisilat tidak
dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya penyulit perdarahan dan asidosis.
Sebagian besar kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang berobat jalan ini
adalah kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang menunjukkan manifestasi panas
hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan penyulit lainnya.
Apabila penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF) ini
menunjukkan manifestasi penyulit hipertermi dan konvalesens sebaiknya kasus ini
dianjurkan untuk dirawat inap.
b.
Kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat I dan II
Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena
penderita ini mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian
tetesan berdasarkan tatanan 7,5%. Pada saat fase panas penderita dianjurkan
banyak minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare. Apabila
hematokrit meningkat lebih dari 20% dan harga normal merupakan indikator adanya
kebocoran plasma dan sebaiknya penderita dirawat diruang observasi dipusat
rehidrasi selama kurun waktu 12-14 jam.
c.
Penatalaksanaan Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat III , IV
“Dengue Shock Syndrome” (sindrome renjatan dengue) termasuk
kasus kegawatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh
cairan pengganti secara tepat. Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan
elektrolit (hiponatremi). dalam hal ini perlu dipikirkan kemungkinan dapat
terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam darah mendorong terjadinya DIC yang dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar diatasi.
Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan
garam isotonik (ringer laktat, 5% dekstrose, larutan ringer asetat dan larutan
normal garam faali) dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam.
d.
Obat penenang
Pada beberapa kasus obat penenang dibutuhkan terutama pada
kasus yang sangat gelisah. Obat yang hipatoksik sebaiknya dihindari, chloral
hidrat oral atau rektal dianjurkan dengan dosis 12,5-50 mm/kg (tetapi jangan
lebih 1 jam) digunakan sebagai satu macam obat hipnotik.
e.
Terapi oksigen
f.
Transfusi darah.
g.
Kelainan ginjal
Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian
volume intravaskuler telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis
belum mencukup 2 ml/kg BB/jam sedangkan cairan yang diberikan sudah sesuai
kebutuhan, maka selanjutnya furosemid 1 mg/BB dapat diberikan pemantauan tetap
dilakukan untuk jumlah diuresis, kadar ureum dan kreatinin. Tetapi apabila
diuresis tetap belum mencukupi, pada umumnya syok juga belum dapat dikoreksi
dengan baik maka pemasangan Centrol Venous Pressure (CVP) perlu dilakukan untuk
pedoman pemberian cairan selanjutnya.
h.
Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan
dievaluasi secara teratur untuk menilai hasil pengobatan.
i.
Kriteria memulangkan pasien
Pasien
dapat dipulangkan apabila :
1) Tidak demam
selama 24 jam tanpa antipiretik.
2) Nafsu makan membaik.
3) Tampak perbaikan secara klinis.
4) Hematokrit stabil.
5) Tiga hari
setelah syok teratasi.
6) Jumlah trombosit 200.000-300.000 /mm3
7) Tidak disertai distress pernapasan.
8) Ruang khusus
darurat penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF)
Pengobatan
Obat yang mengandung acetaminofen,
misalnya tilenol, sangat disarankan bagi penderita demam berdarah untuk
meredakan nyeri dan menurunkan demam.
Sampai saat ini belum ada obat
spesifik bagi penderita demam berdarah.[9] Banyak orang yang sembuh dari
penyakit ini dalam jangka waktu 2 minggu.[13] Tindakan pengobatan yang umum dilakukan pada pasien demam
berdarah yang tidak terlalu parah adalah pemberian cairan tubuh (lewat minuman
atau elektrolit) untuk mencegah dehidrasi akibat demam dan muntah, konsumsi
obat yang mengandung acetaminofen (misalnya tilenol) untuk mengurangi nyeri dan
menurunkan demam serta banyak istirahat.[9]
Aspirin dan obat anti peradangan nonsteroidal seperti ibuprofen dan sodium
naproxen justru dapat meningkatkan risiko pendarahan.[9]
Bagi pasien dengan demam berdarah yang lebih parah, akan sangat disarankan
untuk menjalani rawat inap di rumah sakit, pemberian infus dan elektrolit untuk
mengganti cairan tubuh, serta transfusi darah akibat pendarahan yang terjadi.[9]
Seseorang yang terkena demam
berdarah juga harus dicegah terkena gigitan nyamuk, karena dikhawatirkan dapat
menularkan virus dengue kepada orang lain yang sehat.[9]
Epidemiologi
Demam berdarah diyakini merupakan
salah satu penyakit yang sudah ada lama di dunia.[11] Jejak rekam mengenai penyakit
dengan gejala yang serupa telah ditemukan di ensiklopedia medis dari Cina
tertanggal tahun 992.[11] Seiiring dengan perkembangan global di bidang pelayaran dan
industri pengiriman barang melalui laut di abad ke 18 dan 19, kota-kota
pelabuhan bertambah dengan pesat dan menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai
bagi pertumbuhan nyamuk vektor bagi penyakit demam berdarah.[11] Nyamuk dan virus yang berperan dalam penyakit ini terus
menyebar ke berbagai daerah baru dan telah menyebabkan banyak epidemi di
seluruh dunia.[11] Salah satu epidemi demam berdarah yang paling pertama
terjadi di daerah Asia Tenggara.[11]
Laporan resmi pertama mengenai
pasien yang terjangkit penyakit serupa demam berdarah terjadi pada tahun 1779.[3]
Belum adanya vaksin atau obat
antivirus bagi virus dengue membuat demam berdarah menjadi salah satu penyakit
yang mendapatkan perhatian sangat serius secara global.[11]
Referensi
1.
^ a
b
c
d
e
(Indonesia) Kristina, Isminah, Wulandari L (2004). "Demam Berdarah Dengue". Litbang Depkes. Retrieved 10-08-2011
2.
^ a
b
c
d
e
f
g
h
(Inggris) World Health Organization (2009). "Dengue and Dengue Haemorrhagic
Fever". World Health Organization.
Retrieved 10-08-2011
4.
^
(Inggris) Centres for Disease Control and Prevention (2010). "Dengue Epidemiology". Centres for Disease Control and Prevention. Retrieved
10-08-2011
5.
^ a
b
c
d
e
(Inggris) Vorvick, L (2010). "Dengue hemorrhagic fever". MedlinePlus. Retrieved 10-08-2011
6.
^ a
b
(Inggris) National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID)
(2006). "Dengue Fever". National Institute of Allergy and Infectious Diseases.
Retrieved 10-08-2011
7.
^ a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
(Inggris) World Health Organizaton. 1997. Clinical Diagnosis. Diakses pada 10 Agustus 2011
8.
^ a
b
c
d
e
f
(Inggris) National Institute of Allergy and Infectious Diseases. 2007. Dengue Fever Symptomps. Diakses pada 10 Agustus 2011.
11. ^ a
b
c
d
e
f
g
h
(Inggris) Gubler DJ. 2006. Dengue/dengue haemorrhagic fever: history and
current status. Novartis Found Symp. 277:3-16.
13. ^
(Inggris)National Institute of Allergy and Infectious Diseases. Dengue Fever Treatments. Diakses 10 Agustus 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar